Hari ini tanggal 25 November loh, masih ingat ini tanggal
peringatan apa? Yup,, Hari ini adalah peringatan ‘Hari Guru’. Aku jadi teringat
waktu zaman putih-merah sampe putih abu-abu dulu, setiap memperingati hari guru
pasti diadakan upacara di sekolah. Upacaranya sama seperti upacara yang
diadakan tiap senin pagi. Bedanya, kalau hari guru yang jadi petugas Paskibra,
Pembina, Pemimpin upacara, sampai paduan suaranya bukan siswa, tapi para Guru.
Keliatan kan
spesialnya? Selain itu, biasanya diadakan juga lomba-lomba seperti tarik
tambang, bulu tangkis, Tenis Meja, Basket, dan Bola Volly yang pesertanya juga
guru-guru. Seruuuu…abis dah.. *merem sambil senyum-senyum mengenang masa lalu*
Well, Kalau sobat semua ditanya nih, menurut kalian
defenisi ‘guru’ itu apa sih? Mungkin
sebagian besar akan menjawab kalau Guru itu adalah seseorang yang beprofesi
sebagai pengajar. Yup, jawaban itu benar sekali. Sebagai tambahan Guru itu
bukan hanya mengajar dan mendidik, tapi juga mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi. Sejak zaman Sun gukong si kera sakti, manusia sudah mengenal yang
namanya ‘Guru’. Cuma menurut aku nih berbeda.
Zaman dulu ‘Guru’ bukan merupakan profesi tapi lebih ke penghargaan. Misalnya
nih, kalau ada yang berlaga menunjukkan kehebatan ilmu masing-masing, kemudian
salah satu kalah. Maka yang kalah ini bisa saja memanggilnya guru untuk
kemudian meminta ijin agar diangkat sebagi murid agar bisa mempelajari
jurus-jurus (ilmu)dari si pemenang tadi. Walaupun tidak semua seperti itu, tapi
yang pasti dahulu seorang ‘guru’ lebih dimuliakan dari pada sekarang.
Aku punya seorang kakak ipar yang berprofesi sebagai guru di
sebuah SD negri. Tapi bukan guru tetap, alias masih berstatus guru honorer.
Jangankan ‘dimuliakan’ mendengar nominal gajinya saja membuatku miris. Sebulan
Cuma digaji Rp.150.000 itu juga ngambilnya di rapel per 3 bulan, gimana gak
nyesek coba? Gaji segitu bisa buat apa? Padahal kakak iparku ini disana
mengajar mata pelajar Agama Islam bukan extrakulikuler yang seminggu cuma
sekali loh. Untungnya suaminya sudah menjadi pegawai negri sipil yang gajinya
cukup lumayan. Kakak iparku juga tipikal ibu muda yang ulet, selain mengajar
dia juga menjual pakaian jadi yang kadang dikreditkan kepada para tetangga
sehingga ia bisa memiliki tabungan. Pernah juga kami menyarankan ia untuk
berhenti dan meneruskan usaha ibu mertuaku yang membuka warung nasi. Tapi dia
menolak mentah-mentah, mungkin karena hatinya memang lebih nyaman untuk
mengajar.
Fenomena Guru Honorer di
Indonesia bukan hal yang asing lagi. Guru Honorer merupakan Guru tidak
tetap yang bahkan belum berstatus sebagai Calon
Pegawai Negri Sipil. Gajinya dibawah gaji minimum yang telah ditetapkan dan
bahkan sering kali mereka digaji secara sukarela. Tapi uniknya, secara kasat
mata penampilan mereka terlihat seperti layaknya seorang guru tetap. Kenapa?
Karena mereka menggunakan seragam yang sama dengan pegawai negri sipil. Aku
sendiri pun kurang tau apakah penggunaan seragam tersebut menyalahi peraturan
pemerintah atau tidak. Biasanya para guru (pegawai) menjadi tenaga honorer
dengan suka rela demi menunggu untuk diangkat menjadi pegawai negri sipil. Kadang
ada pula pegawai honorer yang jadi-jadian (siluman). Tapi bukan siluman seperti
b*bi ngepet, dan kawan-kawannya loh.. maksudnya disini pegawai honorer yang
dianggap siluman karena diangkat menjadi Calon pegawai negeri sipil dengan
prosedur yang menyalahi ketentuan yang berlaku. Misalnya dengan merekayasa masa
kerjanya selaku honorer, atau latar belakang pendidikan nya tidak sesuai dengan
bidang pekerjaan mereka selaku honorer. Itu semua menyalahi toh? Tapi
kadang-kadang masih ditemukan loh di Negara kita ini. -_-
Kalau mengenai gaji guru, aku sih gak bisa berbuat apa-apa
selain berdoa aja semoga bisa lebih baik lagi dan semoga pemerintah lebih
memperhatikan kesejahteraan para guru-guru kita. By the way, Terlepas apakah itu Guru honorer ataupun Guru
tetap, sebenarnya siapapun bisa menjadi guru. Karena Guru bukan sekedar
profesi. Setiap orang yang bisa memberikan pengetahuan yang lebih pada kita,
mengarahkan, dan memberi contoh (apalagi sampai menginspirasi) itu juga bisa disebut guru atau setidaknya
kita menganggapnya sebagai guru. Para Mentor, Motivator, dan Penulis buku juga sering
dianggap sebagi guru untuk sebagian orang (termasuk ane). Tapi, dari sekian
banyak guru dalam kehidupan kita, sadarkah kalau guru yang paling dekat dan
yang paling tidak pernah bosan mengajarkan,memberi contoh dan mengarahkan kita
sejak kita mulai melihat dunia ini adalah orang tua. Ya..Ayah dan Ibu. Mereka
mengajarkan dengan segala apa yang mereka ketahui. Mereka yang memperkenalkan
kita kepada Nabi dan Rasul yang merupakan suri tauladan terbaik. Mereka yang
untuk selanjutnya mencarikan guru guru terbaik agar kita bisa lebih banyak tau
dan lebih berilmu dari mereka.
Well, I think gak ada salahnya kalau ketika hari guru kita
tidak hanya berterima kasih kepada guru di sekolah, tapi juga guru yang ada di
rumah yaitu Ayah dan Ibu kita.
Untuk menyemarakkan hari guru, ni aku tuliskan lirik dari
lagu ‘Hymne Guru’. Yang masih ingat, nyanyiin dalem hati deh dambil ngebayangin
wajah wajah ‘Guru’ kita.
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku, tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa…..
Untuk Guruku :
Walau tanpa tanda jasa dan
penghargaan yang berarti semoga apa yang engkau ajarkan menjadi amal jariyah
yang tak akan putus meskipun kelak engkau telah tiada.
Tanpa guru kita bukanlah apa-apa. salam
BalasHapus@Stupid Monkey
BalasHapusyup..:)
Terimakasih sdh brkunjung :)
Guru memang pelita harapan, bodohnya kita saat menyia-nyiakan mereka
BalasHapussemoga menjadi pendidik dan penyelamat anak negri dari kebodohan,,,salam sahabat dan izin folllownya
BalasHapus