gbr dr sini |
“Buanglah Sampah pada Tempatnya”
Himbauan itu banyak ditemukan,
terutama di tempat-tempat yang sering dilalui orang. Tapi sepertinya tidak
hanya tempat yang banyak dilalui orang yang harus dipasang himbauan itu, karena
ternyata ada ‘tempat’ yang jarang dilalui tapi penuh dengan sampah. ‘Tempat’
yang saya maksud bukan di bumi, tapi di sekitar bumi atau lebih tepatnya di
ketinggian 700 kilometer – 1300 kilometer. Sampah yang mendekati orbit bumi ini
terdiri dari sisa sisa meteor yang bertabrakan dan puing puing satelit yang
sudah tidak terpakai lagi.
Robert Massey, Lembaga
Astronomi di London menyatakan :
“Setidaknya ada jutaan serpihan kecil disana, karena ribuan satelit telah diluncurkan. Ini tergantung dari mana kita melihatnya, jika dihitung sampai partikel yang sangat kecil, jumlahnya amat sangat banyak, karena banyaknya obyek yang kita luncurkan selama 50 tahun. Setiap kali kita meluncurkan sesuatu ke angkasa, jumlah sampah pasti meningkat karenanya.”
“Setidaknya ada jutaan serpihan kecil disana, karena ribuan satelit telah diluncurkan. Ini tergantung dari mana kita melihatnya, jika dihitung sampai partikel yang sangat kecil, jumlahnya amat sangat banyak, karena banyaknya obyek yang kita luncurkan selama 50 tahun. Setiap kali kita meluncurkan sesuatu ke angkasa, jumlah sampah pasti meningkat karenanya.”
Jumlah sampah tersebut bertambah secara
signifikan setelah pada tahun 2007, China melakukan uji coba satelit dengan
menghancurkan satelit lama (FENGYUN 1-C )yang
sudah tidak terpakai lagi. Uji ini kira-kira menghasilkan 150.000 puing-puing
satelit dengan besar kurang lebih 1cm. Ditambah lagi pada tahun 2009 dua
satelit yang juga milik Negara China saling bertabrakan diorbit sehingga
puing-puingnya menambah lagi jumlah sampah pada orbit bumi.
William Shelton,
pimpinan US Air Force Space Command,
seperti dikutip dari Space, 10 Mei 2011 mengatakan “Angkanya terus meningkat, Sekarang ini sudah lebih dari
50 negara yang terlibat dalam eksplorasi ruang angkasa dan lebih dari 20 ribu
benda tak terpakai berada di ruang angkasa.Padahal, kemungkinan jumlah sampah
itu 10 kali lebih banyak karena sensor yang kami punya saat ini tidak mampu
melacak seluruh sampah yang ada, dan diperkirakan angka itu akan naik tiga kali
lipat pada tahun 2030”
gbr.dr sini |
Yang membuat sampah-sampah ini berbahaya adalah karena mereka bisa
merusak sistem luar angkasa militer, sistem luar angkasa sipil maupun satelit
komersial. Selain itu juga Risiko
tabrakan yang mungkin terjadi dapat mengancam keselamatan astronot.
Stasiun ruang angkasa Internasional (ISS) yang mengorbit Bumi
dengan kecepatan 28.164 km/jam kadang-kadang sampai harus melakukan manuver
guna menghindari sampah angkasa yang akan menabrak dirinya. Belum lagi kalau ada sampah satelit yang
ukurannya cukup besar jatuh ke bumi dan tidak terbakar habis di atmosfir,
bukankah itu juga membahayakan penduduk bumi?.
Well, berbagai upaya sudah mulai
dicari untuk membersihkan sampah luar angkasa ini, diantaranya adalah ide pembuatan
jaring magnetik dan sapu laser, yang akan menyapu puing-puing ini menuju
atmosfer bumi.
Ada juga pendapat para ahli yang
mengatakan bahwa solusi terbaik adalah dengan membatasi puing-puing dari titik
asalnya, agar puing dibawa kembali ke bumi dan tidak mengambang selama
berpuluh-puluh tahun.
Upaya tersebut selama ini terkesan
hanya teori saja karena belum tampak tanda-tanda akan direalisasikan.
Ini terkait
dengan lambannya astrofisikawan dan ilmuwan mengatasi persoalan bahwa NASA
tidak setiap tahun bisa menggunakan dana dari pemerintah untuk melakukan
penelitian dan melakukan pembersihan sampah antariksa.
Marshall Kaplan,
pakar puing-puing ruang angkasa dari Space
Department, Johns Hopkins University, mengatakan “Saat
ini tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita tidak punya dana yang cukup,
teknologinya belum ada, dan belum ada kerjasama. Tidak ada yang ingin membiayai
upaya itu,”.
Ia juga menambahkan, pembersihan luar angkasa merupakan ‘industri yang terus tumbuh’ namun tidak ada yang ingin mengerjakan. “Selain itu, secara politik, itu juga tidak menguntungkan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, pembersihan luar angkasa merupakan ‘industri yang terus tumbuh’ namun tidak ada yang ingin mengerjakan. “Selain itu, secara politik, itu juga tidak menguntungkan,” ujarnya.
Hufttt..inilah sulinya kalau
sudah berbicara ada tidaknya keuntungan, segala sesuatu yang akan dilakukan
juga jadi dipertimbangkan, padahal bukankah seharusnya seluruh pihak yang telah meluncurkan satelit internasional
harus bertanggung jawab membersihkan sampah antariksa?
Bagaimana menurut sahabat semua?
Semoga bermanfaat..
See Yaa… :)
Sumber :
PERTAMAX nih comment ,,,,,,
BalasHapusnice share sobat and happy blogging
wow, ternyata begitu ya, wew, kira-kira berapa ya gaji tukang sapunya, hihihi :p
BalasHapusTernyata sampah luar angkasa juga ada ya sob. Karena pecahan satelit yang hancur juga bisa menjadi sampah luar angkasa ya. Tak kirain yang sudah nggak terpakai ditarik kembali ke bumi.
BalasHapusberbahaya tapi belum ditindaklanjuti ya kak :(
BalasHapus